Jumat, 05 Januari 2018

My Favorite Not-So-Popular Apps


Dari sekian banyak aplikasi smartphone yang digunakan orang Indonesia, saya punya beberapa aplikasi favorit (dan bermanfaat tentunya) tapi memang nggak sepopuler Path atau Facebook. Face it, on our daily basis, we hardly live through one day without any intervention of social media and smartphone applications. Spotify, Twitter, Instagram, you name it, they have became our daily technology multivitamin shots, brought to you by magical first world wonderland called Silicon Valley. 

Kebanyakan orang Indonesia biasanya pakai Facebook, Twitter, atau Instagram kalau untuk masalah update aktivitas sosial. Kalau untuk chatting  kita masih di dominasi oleh Line atau Whatsapp. Diluar masalah update sosial, kini orang Indonesia juga sudah banyak mengembangkan aplikasi untuk mempermudah urusan kehidupan, ada Go-Jek yang bisa untuk mengorder ojek di manapun kapanpun, ada Zomato yang mempermudah urusan pilih-pilih tempat makan (maklum saya hobi jajan), ada Traveloka yang sangat, sangat mempermudah urusan pesan-memesan hotel dan tiket pesawat. Dan Google Map ! Andalan banget buat yang kemana-mana nyetir sendiri kayak saya. Nah, aplikasi yang aku sebut tadi itu yang personally signifikan banget bikin hidup aku jadi lebih praktis. And FYI, this is not a sponsored post. 

Tapi diluar aplikasi-aplikasi tadi, do explore more, ada banyak lagi aplikasi unik yang kita selama ini nggak sadar kalau kita butuh. We didn't know we need it until we try it. 

Alarmy

Hampir semua orang ketawa kalau aku cerita soal aplikasi ini. This one is my favorite, even though I want to smack my phone, most of the time this thing shows up. Basically, Alarmy ini adalah alarm yang ketika bunyi cuma bisa dimatiin dengan menjawab soal matematika sederhana minimal tiga soal. Simply genius. Sederhana memang, tapi dengan harus menjawab pertanyaan macam 55 + 79, otomatis aku pasti kebangun dong.

Semua ini berawal ketika aku sadar, aku punya kemampuan buat mematikan alarm dalam tidur. Yes, I press sneeze button in my sleep. Jadi walaupun suara alarmnya sampai membahana membelah plafond kamar juga tetep aja nggak bangun. Ini suka bikin galau kalau besok paginya mau ngejar pesawat pagi. Tapi saya yakin, in this world where people started to create artificial intelligence, penyakit saya ini pasti ada solusinya. And it's called Alarmy. 

Yang nyebelin, aplikasi ini nggak bisa ditutup paksa, seperti kalau di Android aplikasi bisa di close dengan men-swipe ke kanan.  Kesel sih, tapi itu kenapa kinerja Alarmy mujarab banget untuk kebiasaan jelek aku. By the way, selain soal matematika, ada juga pilihan untuk ambil foto atau menggoyang-goyangkan device supaya alarm nya mati.

Medium

It's like another alternate dimension of social media, without any intervention of crappy selfies ataupun orang dagang teh herbal pelangsing cepat. Buat yang suka bacaan ringan, artikel self-help atau sekadar opini orang yang tersaji dengan well-written, pasti cocok sama Medium. Buat saya Medium adalah a private yet personal reading sanctuary feed, dan entah kenapa bebas dari postingan receh. Orang-orang berani memposting tulisan yang kontroversial sekalipun tanpa harus takut di bully. Tema tulisan yang muncul di feed tergantung dengan interest yang dipilih. Kalau feed aku biasanya di dominasi oleh feed entrepreneurship, technology, humor and food. Dan entah kenapa, hampir semua tulisan yang masuk medium itu tertulis dengan bahasa yang indah. I don't know how, or maybe that's just the way it works, tulisan yang masuk ke feed aku topiknya menarik dan bahasannya selalu enak dan , it makes you feel related to the authors. Judul artikelnya mulai dari  "Workaholic's Guide to Happiness and Balance" , atau  "Our Tech Predictions for 2017", or sometimes you'd find "A Day in The Life of Stormtrooper".

Yang asik lagi, rata-rata penulis artikel disini, yang berasal dari berbagai negara, juga antusias kalau kita meninggalkan pertanyaan atau tanggapan sama tulisan mereka, dan kadang bisa jadi diskusi seru. Everybody can be themselves in Medium, because we take no haters here. Aku sendiri belum sempat bikin tulisan apa-apa, masih jadi avid silent reader dan kadang memberi tanggapan sama beberapa tulisan.


Wunderlist

Aku punya kebiasaan untuk mencatat apapun dan dimanapun. Terutama ide, gagasan atau kalau tiba-tiba teringat sesuatu yang harus dilakukan. Buat aku, ide yang belum tercatat itu ibarat burung masih terbang lepas di langit. Bisa tiba-tiba hilang and we would never remember that ideas ever existed. Kalau ada ide lewat di kepala, mulai dari ide pingin masak apa atau ide bisnis yang tiba-tiba muncul, pasti langsung aku tulis ke dalam list. 

Re-reading my lists gives me sense of purpose 
(lebay but true), bikin semangat hidup karena ternyata masih banyak hal dan tujuan asik yang bisa dilakukan dan dicapai, Dan aplikasi yang paling enak buat bikin list itu so far adalah Wunderlist. Aku sampe taruh aplikasi ini di halaman paling depan smartphone because I'm obsessed with writing down (and checking down) lists. User interface-nya pun praktis, kalau kita mau bikin kategori baru atau membuka kategori lama untuk masukkan poin baru. Nggak banyak ornamen basa-basi atau kebanyakan tombol. Andalan banget kalau lagi belanja di supermarket !

Charade

Mungkin kalau bahasa Indonesia nya ini adalah permainan tebak kata, dimana satu orang meletakkan kata yang harus ditebak di kepala, dan teman-teman satu timnya harus kasih clue supaya si orang itu berhasil nebak. Buat saya ini adalah game praktis peramai suasana. Kalau lagi nunggu makanan di restoran sama teman-teman, main game ini bisa bikin berisik satu resto. Tapi disitu serunya. Kalau cari playstore, game Charade ini ada banyak versi, Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Surprisingly, kategorinya seru-seru dan updated, mulai dari Superhero sampai Tokoh Politik. Kalau saya sih selalu menang kalau soal karakter film huahahahaha. 








© Anindya Fathia
Maira Gall